Dec 30, 2010

Penjahat di Kampung SUKAMAJU




Coba simak ini:" saya tidak akan mundur hanya karena desakan sebagian orang (supporter-red). Bayangkan apa yang akan terjadi jika setiap ada demo desakan untuk mundur, lalu seorang seperti presiden langsung mundur? Apa tidak menambah ruwet? Saya yakin upaya politisasi saja!"

Merasa familiar dengan peryataan ini?

Yup! Ini adalah pernyataan (yang saya terjemahkan secara bebas) dari seorang yang telah menganggap dirinya presiden yang kebal upaya pemakzulan. Dengan wajah yang yakin (plus memuakkan- bagi saya), dia menegaskan sekali lagi: TAKKAN MUNDUR!

Ggrrhhhhh.....! Geram, gemas, kesal, muak...dan segala istilah yang tak mengenakkan perut dan hati rasanya semakin menggumpal dan mem-fusi menjadi energi luar biasa yang mungkin bisa menyebabkan seorang yang anti daging haram (seperti saya-wek!), bisa memakannya mentah-mentah!

Apa istilah yang tepat untuk menggambar seorang yang tak tahu malu ini? Ya..butuh banyak masukan untuk itu, karena istilah tak tahu malu rasanya masih kurang pas.

Lalu seorang teman masuk dalam FB dengan menyebutnya PENJAHAT!

Hmm...mungkin juga! Aku jadi ingat, perseteruan INA dan MAL ini sudah mengurat syaraf, bahkan sampai menyebutkan ini adalah perang antara UNYIL dan UPIN-IPIN. Dan, remaja atau anak di masa tahun '80-an pasti masih ingat ada satu tayangan yang ditunggu setiap minggu tak lain adalah seri Unyil dan kawan-kawan. Dan, di sana ada penjahat yang sering mengganggu kampungnya Unyil yang bernama SUKAMAJU itu. Kepala botak, suka pakai baju bergaris, wajahnya seram (yang sayangnya mirip gambaran Markus ya..hehehe-sori!)..dan suka menculik anak, atau nenek (jika tak dapat mangsa yang kakap). Itu dia...mirip bukan dengan seorang ini? Dia begitu menyiderai semangat anak bangsa yang sangat ingin maju, sementara Pak Lurah-nya malah sering kalah sama Pak Raden.

Aku lebih suka menyebutnya benda hidup (bukan makhuk hidup)! Karena -kata temanku-ini urusan perut sehingga dia menolak mundur. Tak ada kaitannya dengan kehormatan diri, apalagi kehormatan bangsa. Dia sebentuk benda primitif, dengan hanya berupa sel yang berisi mitokondria (otak sel), yang nanti akan mengintruksikan tubuhnya untuk membelah diri jika lingkungan mendukungnya. Jelaslah itu bukan otak sebenarnya..! Tak ada pula organ lain seperti hati, atau jantung! Hanya otak primitif, dan perut semata!

Oh, dunia...! Memang tak lebih dari panggung sandiwara...! Jika ingin cerita, selalu ada peran antagonis. Tapi, kemana pahlawan penyelamatnya?

Ah, yang ada barulah para cecunguk politik yang bisanya hanya membonceng ketenaran dan prestasi orang lain!

Apakah dia sang GARUDA?

Mudah2an memang dia, yang memberikan kembali rasa percaya diri rakyat yang terluka harga dirinya. Bersama prajurit gagah berani, menggebrak belenggu, mengepakkan sayap terbang tinggi di udara...!

(Wah, sudah mulai tak terkendali nih...!)

Semangat yang telah tersemat di dada, jangan runtuhkan oleh tingkah pecundang semata! Bersatulah kawan, kita sudah menemukan satu musuh bersama. HAJAARR...!!

Dec 29, 2010

GARUDA

h
Sejak kapan GARUDA ada lagi di dada banyak manusia Indonesia?
Kalau yang pernah mengalami yang namanya penataran P4 jaman Orde Baru dulu, tahu lah...! Tapi, setelah masa itu berlalu, banyak yang tak lagi hafal apa saja yang menempel di lambang negara itu. Termasuk saya...hehehe...

Sejak ada piala AFF?
Mungkin saja. Tapi, apakah itu gak akan jadi musiman saja?
Mungkin juga.

Sejak sedikit "melek" dengan kondisi bangsa, rasanya sulit menemukan kebanggaan dari sebuah negara bernama Indonesia, sekalipun itu negara tempat aku dilahirkan. Yah..kalau dinilai terlalu subyektif, sih..sah-sah saja. Tapi, itulah yang di rasakan banyak orang.

Berbangga pada prestasi para pemuda-nya, lalu perih mata dan hati memandang perilaku tetua dan pemegang kendali pemerintahan. Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif...semuanya hopeless!

Korupsi..korupsi..korupsi...!
Bencana..bencana..bencana...!
Sedih..duka..lara..!

Dan, entah mengapa lara itu sedikit menguap ketika membicarakan final piala AFF. Seakan berubah, berganti berwujud medan laga yang akan jadi tumpuan kebanggaan, yang akan di bela hidup atau mati!
Bukankah luar biasa?

Bahkan, saya pun tertular semangat itu. Meski untuk beli atributnya mikir-mikir...MAHAL, bo! Yang penting kan apresiasi kita, bukan semata simbol!
(Hehe...ngeles!)

Kalau dulu cuma kenal BP, sekarang bisa tahu dan suka dengan perjuangan Nasuha, Arif Suyono, atau rfan Bachdim yang jadi idola remaja itu.
Weeh...seru nih!

Hari ini pertandingan final AFF leg II di stadion Gelora Bung Karno. Tanggal 26 Desember 2010 kemarin, timnas sudah lumat di gilas Harimau Malaya. Meski banyak nada minor untuk kemenangan ini, tetap saja di sebut KALAH!
Mau tak mau, kita harus menerimanya dengan lapang dada, dan segera fokus berjuang dengan mental pemenang. Tak mencari-cari alasan kekalahan. Lupakan itu Nurdin, lupakan itu Bakrie, lupakan politikus yang numpang nampang, bahkan lupakan saja 3 gol itu.

Garuda, bisa membawa kita terbang tinggi, tapi jangan patahkan sayap-sayapnya.
No excuse, No mercy!

Chayo..! Semangat!

(Meski sekarang dalam kondisi sakit).

Dec 28, 2010

Ponakan...!

Badannya yang gendut itu mulai berguling ke kanan, kaki kiri diangkat menyilang kaki kanan. Bahu mengikuti miring ke kanan. Bulir keringat mulai menetes di dahinya yang berkerut, berkeras hendak mengubah posisi terlentang menjadi tengkurap. Tapi, setelah sekian lama mencoba dan tak berhasil, dari mulutnya mulai keluar suara-suara yang aku anggap mengomel. Mendengar kami tertawa, 'omelannya' makin keras, bahkan sampai terbatuk-batuk! Ah, lebay deh...! hehehe...

Ayo, sayang..berusaha..!Aku terus menyemangati.

Tapi belu berhasil juga. Melihat wajahnya yang berpeluh, akhirnya aku jatuh kasihan. Ku tengkurapkan badannya. Ku lepas kaus kaki dan bungkus tangannya. Dan, lihat..senyumnya langsung mengembang! Matanya tajam memperhatikan kain batik alas tidurnya, kakinya sibuk menjejak lantai hendak meraih bantal bergambar beruang tedi yang disodorkan pakdenya. Menggemaskan sekali!


Rasya, masih terganggu dengan sarung tangannya. Pengen ngencit jari, sih..!

Lihat lenganku sehabis olah raga, kekar kan?


Mandi dulu..cibang-cibung..!


Bergaya sehabis mandi. Ganteng kan?


Sekarang, tinggal bobo' deh..!

Dec 27, 2010

Serunya bermain Ular Tangga!

Dahsyatnya ULAR TANGGA tentang BADAK diakui oleh Kang MT, Fajar, Ismi, dari Blogor, dan Tika dari FBI. Plus, teman-teman dari JERAMI-Bogor.

Pernyataan KANG MT: "paling enak main ular tangga, meski kalah!"

Teman JERAMI sedang mencoba "peruntungannya"

Bermain sebentar, sudah juara..! Calon juara lain, mengintip di belakang.



Kang MT dan Ismi: "jangan gusur aku lagi, ya..?"


Pengamatan ini dilakukan dalam acara Teens Go green, tanggal 19 Desember 2010 yang lalu. Acara ini sendiri di motori oleh Yayasan Kehati, sedangkan FBI bersama Blogor hadir untuk melucurkan program Lomba Menulis Artikel secara off line (print out) maupun via email, dan on line (dalam blog). Selain, kru FBI dan Blogor didaulat untuk menjadi juri dal lomba-lomba yang ada saat itu.

Semasa itu, FBI menggelar permaina ular tangga yang menceritakan seputar kehidupan badak Indonesia, dan upaya pelestariannya.

Peminat permainan ini cukup banyak, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Sayangnya, melihat lawan lebih banyak orang dewasa dan remaja, anak-anak yang tertarik segera mengundurkan diri. Serem kali, ya..melihat om-om, dan tante-tante, plus kakak-kakak dengan gegap gempita saling berusaha menjatuhkan lawan (kawan)?

Kelucuan dan ke-tragis-an sering terjadi bersamaan. Meskipun saya curiga, kondisi tragis yang dialami teman dianggap sebuah kelucuan adalah cermin kehidupan kita sehari-hari di mana kita senang ketika orang tengah tertimpa musibah, dan sedih kalau orang lain senang. Semoga tidakQ Amit-amit..deh!

Tapi, lihat teman kita dari Blogor itu. Betapa senang dia telah sampai di atas, dan mendekati angka 100 (juara)! Sementara teman lain yang masih di level bawah tidak suka dengan keberuntungan itu. Ketika giliran calon juara melempar dadu, dua lawan berdoa agar dia jatuh pada nomor berbisa, alias kotak berbuntut ular! Sehingga dia akan jatuh dan gagal jadi juara.

Ah, ternyata nomor yang di dapat betul-betul membuat calon juara (Fajar) harus jatuh, turun jauh karena ada di kotak ular. Betapa "bahagianya" Kang MT. Tapi, apa yang terjadi? "Kebahagiannya" tak berlangsung lama. Kang MT tak menyadari dia berdiri di kotak tempat Fajar akan bercokol (kepala ular). Jadi, dengan iringan tawa kemenangan dari Fajar (sori, aku dramatisir yah?), Kang MT harus terpental ke luar, dan mengulangi permainan dari awal!

Huahahahaha.....!

Betapa ironis "hidup" ini. Bersuka ria teman terkena sial, malah dirinya sendiri jauuh...lebih sial!

Dan, ketika kita melihat permainan ini, betapa mirip dengan kehidupan kita sehari-hari. Ada yang baru bermain, tetapi langsung juara. Ada yang hingga hampir setengah hari (beberapa putaran) tetap juga gak berhasil jadi juara.

Meski sepertinya faktor keberuntungan sepertinya sangat dominan di permainan ini, tetapi disitulah letak seru dan ironi terjadi. Tak boleh jumawa, apalagi menertawakan kesialan orang!

Dec 23, 2010

Hari Ibu



Ibu, akan memelukmu sepanjang usia.
Dengan doa, cinta, dan kasih sayang.
Apa kamu mengerti rasanya?

IBU.
What a great name ever!
Now, I'm longing for it.
Can't wait!

Dec 22, 2010

Berbagi Ceria

Perjalanan Tim Kecil ke Yogya, 29-21 Nopember 2010

Sudah lama memimpikan ini, membantu mereka yang tertimpa musibah dengan kemampuan yang aku punya. Meski sedikit, dan apa adanya, akan sangat membahagiakan.

Ketika seorang teman menawarkan "tumpangan" menuju Yogya, serta merta aku menyanggupi. Meski, harus berdesakan dengan barang-barang, sumbangan untuk korban bencana di posko di wilayah Sleman yang dikelola kawan.

Capek, tapi terbayar oleh kebahagiaan yang amat dalam.

Posko Warak, Sumberadi Mlati, Sleman

Menu makan siang untuk pengungsi


Di mulai dengan bermain dengan sains


Hadiah buku

Bermain Ular tangga


Bermain games


Dongeng dari teman I Love Indonesia

..dan masih banyak lagi yang lain. Semangat berbagi makin menggelora. Semoga diberikan kesempatan lain waktu.

AMIN..!

FBI punya gawe..!


FBI bersama Blogor(komunitas bloger Bogor) menyelenggarakan lomba menulis artikel dalam bentuk pint out (off line) dan di dalam blog pribadi (on line).

Untuk info lebih lengkap, sila cek di http://forumbadak.wordpress.com

Ayoo...jangan ketinggalan. Hadiah menarik menanti anda! Paling lambat 30 Januari 2011!

Oct 23, 2010

Catatan di balik Bazaar Ramadhan 2010



Parung
Jumat, 20 Agustus 2010

Hari pertama bazaar.

Sedikit deg-degan. Kami belum tahu respon warga sekitar RT 4 Desa Waru Jaya ini. Ramadhan tahun lalu memang sudah pernah digelar bazaar sejenis, namun dengan jumlah pakain yang terbatas, dan hanya sedikit tetangga yang mengetahuinya. Namun, kami tetap berharap yang terbaik.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.45 wib, itu berarti masih tersisa lima belas menit untuk membuka bazaar secara resmi. Namun, belum sempat kami mengambil napas panjang sehabis menata kursi dan meja untuk memajang pakaian, pembeli sudah banyak berdatangan. Bahkan, saat bungkus pakaian belum sempat seluruhnya dibuka, dan di tata sesuai kategori, serbuan ibu-ibu sudah tak tertahankan. Berulang kali saya harus bilang,”sebentar lagi ya, bu..!” tetapi dengan santai mereka menjawab,”iya, Cuma lihat-lihat aja, kok!” sambil tetap membolak-balikkan pakaian di depan mereka, dan menggenggam erat-erat pakain yang mereka suka. Makin lama pengunjung makin banyak. Kami jadi “terdesak” untuk segera membuka bazaar tanpa perlu basa-basi lagi.
Seseorang sempat menjadi perhatian kami. Sekantung didapatkan, pulang, bawa teman, dan belanja lagi. Sempat terlitas di pikiran bahwa dia bukan semata-mata berbelanja untuk dirinya sendiri, melainkan untuk di jual kembali. Tapi, kami tak mungkin memeriksa tujuan dia berbelanja, atau melarangnya berbelanja. Kami sudah cukup senang pakaian yang kami tawarkan diterima dengan baik. Apalagi setelah kami konfirmasikan kepada PIC, dia memang memiliki banyak anggota keluarga. Bazaar seperti ini sangat membantu mereka.

Dan, seperti ikan piranha, “hidangan” berupa pakaian di meja, segera tuntas dalam waktu dua jam. Meskipun masih ada pakaian tersisa, lebih banyak yang berjenis rok pendek, atau celana yang berukuran besar.

Setetes embun.

Saat persiapan, kami berkoordinasi dengan PIC (merupakan mertua adik) untuk meminta tolong menyediakan takjil. Namun, kami harus kecewa hal itu tak dapat dipenuhi karena alasan kesehatan. Akhirnya setelah berdiskusi, PIC menyarankan untuk meminta bantuan kepada seorang ibu sebut saja A, tetangga depan rumah mereka untuk membuatkan takjil. Kami setuju. Apalagi setelah mengetahui bahwa si ibu A ini memang dalam kondisi kekurangan, sementara menurut PIC beliau memiliki ketrampilan membuat kue dan makanan lain.

Raut wajah gembira, dan tangan yang bergetar ibu A menerima uang yang kami sodorkan. Tak henti beliau berterimakasih, sampai kami beranjak pulang. Mudah-mudahan, ini menjadi awal untuk ibu A mendapatkan rizki dengan berwira usaha setelah kami mengenalkan takjil yang dibuat kepada para pengunjung bazaar. Pun, menjadi penyemangat kami untuk melakukan yang lebih baik lagi. Amin.

Akhir bazaar pukul 17.30 wib, kami memperoleh dana untuk disumbangkan sebesar Rp. 410.000,- seluruhnya kami sumbangkan kepada kaum dhuafa (prioritas anak yatim) melalui PIC.

Bojonggede
Minggu, 22 Agustus 2010

Hari ke-2.

Lokasi ini sangat familiar untuk kami. Maklum, di sinilah dulu orang tua kami bertempat tinggal. Sekarang tinggal adik, dan ponakan. Karena merasa dekat dari rumah dan mengenal kondisi di Kampung pulo, Bojonggede, kami sedikit merasa santai. Adik, sebagai PIC, pun sangat membantu meskipun dalam keadaan hamil besar.

Alert!

Namun, di sini kami temukan hal-hal yang sebelumnya bahkan tak terpikirkan. Banyak pembeli dengan sengaja melepaskan label harga untuk kemudian menanyakan lagi harga kepada SPG kami. Atau, bahkan ada yang berani berbohong dengan mengatakan kepada SPG 1 (konfirmasi harga) bahwa harga baju yang dia pegang menurut SPG 2 berharga Rp.3000, padahal kami tahu baju itu seharga Rp.4000. Kami juga mendapati ada yang setelah bayar, dia kembali ke meja bazaar dan memilih pakaian tetapi tidak untuk di beli melainkan dimasukkan ke dalam kantong plastik di pergi begitu saja.
Sebenarnya, wilayah Bojonggede menjadi perhatian khusus (dalam anggapan kami, mereka membutuhkan banyak bantuan pakaian layak pakai) karena banyak penduduknya berprofesi sebagai pedagang asongan, pengamen, kerja serabutan, bahkan penganggur. Namun, di luar dugaan hal itu tidaklah sepenuhnya berlaku. Perlombaan mempertunjukkan kemewahan (agar dianggap kaya) dalam setiap hajat yang mereka buat rupanya telah mendarah daging. Bahkan sebagian dari mereka banyak yang tidak mau berbelanja pakaian karena malu diketahui oleh tetangga mereka menggunakan pakaian bekas.Pembelanja pakaian rata-rata bukan dari dimana lokasi bazaar bertempat, melainkan dari RT sekitarnya. Peryataan ini kami dapatkan dari PIC yang memang telah lama tinggal di lingkungan tersebut dan mengenal baik karakter masyarakat Bojonggede, terutama setempat.

Namun demikian, kami memperoleh Rp.490.000, ditambah pembelanja yang datang belakangan (ke rumah PIC), total mencapai Rp.501.000.
Syukurlah!

Cilebut
28 Agustus 2010

Menyelenggarakan kegiatan di lingkungan RT sendiri gampang-gampang susah. Disebut gampang karena urusan birokrasi lebih mudah, meski dalam urusan ijin tetap harus ada uang administrasi yang tidak berbeda dengan RT wilayah lain. Di sebut susah, sejak sosialisasi dilakukan “permintaan ikutan” juga berdatangan. Namun satu saja yang bisa kami setujui, yaitu menggunakan tenda untuk acara buka puasa bersama seluruh warga RT 04 setelah kegiatan bazaar berakhir. Tantangan lainnya, ketika beberapa ibu berusaha membeli pakaian langsung ke rumah PIC karena takut tidak mendapatkan barang yang diinginkan, pun malas berebut dengan orang lain. Setengah memaksa mereka meminta kami memperbolehkan membeli saat pakaian masih dalam proses sortir meskipun tetap tidak kami ijinkan. Tapi itu kami anggap sebagai respon positif, bahwa program bazaar ini memang sangat mereka butuhkan.

Di hari H, karena melihat situasi yang telah cukup ramai meski acara belum dimulai, seluruh tim memutuskan untuk terlebih dulu sholat Ashar karena takut tidak akan sempat nantinya. Dan, benar adanya. Pengunjung sangat melimpah, sampai banyak orang tidak mendapatkan celah kehadapan meja bazaar. Sampai menjelang Maghrib, masih saja ada pengunjung yang berbelanja. Di akhir waktu, kami mendapatkan dana total sebesar satu juta rupiah (termasuk hasil malam hari dan keesokan paginya) setelah dikurangi untuk pembayaran SP. Dan, karena di RT 04 ini memiliki panitia zakat, kami memutuskan untuk membagi dana menjadi dua. Satu bagian (Rp.500.000) kami serahkan kepada panitia zakat, sedangkan Rp.500.000 lagi kami kelola sendiri.

Pulau Untung Jawa
29 Agustus 2010

Ada badak di Untung Jawa!

Di Pulau Untung Jawa, yang merupakan tujuan terakhir dari bazaar, kami membawa hampir seluruh persediaan pakaian (kecuali yang cacat - untuk kami bagi gratis). Kami juga membawa tim dari Forum Badak Indonesia untuk membantu kami menyelenggarakan permainan edukatif untuk anak-anak berupa ular tangga bertema konservasi badak. Pemikiran ini kami dapatkan dari sebuah pengamatan terhadap perilaku anak-anak ketika orang tua mereka sibuk berbelanja. Ketimbang mendapatkan dampratan dari orang tua yang kesal anaknya tak bisa diam, alangkah lebih baiknya jika mereka tak meninggalkan lokasi bazaar-agar orangtua merasa aman, sekaligus mendapat kegembiraan yang mendidik.

Jam pelaksanaan kegiatan yang sedianya hendak dilakukan pukul 14.00 terancam molor, karena pejabat RT ngotot meminta kami menemui pejabat Kelurahan dan pihak keamanan setempat terlebih dahulu. Namun dengan jaminan PIC dan tokoh masyarakat yang kami kenal pula, akhirnya kegiatan segera dapat dilakukan. Jika tidak, mungkin situasi akan sulit dikendalikan karena para ibu calon pembeli mengeluh akan sulit membagi waktu untuk belanja pakaina dan mempersiapkan makanan untuk berbuka.

Seafood...aha!

Cuaca panas dan kering sangat menantang daya tahan kami. Air wudhu yang kami harapkan jadi penyejuk, juga tak bersahabat. Asinn...! Wajah dan bibir yang telah kering, menjadi semakin perih. Senyum, jadi sebuah usaha yang menyakitkan dalam arti sebenarnya. Tapi, ini belum seberapa. Ketika tubuh sudah dalam kondisi lampu kuning, di sekitar pukul 15.00, kami tetap harus mengajak anak-anak untuk tertawa bergembira bermain ular tangga. Apa daya? Kami yang mulai, kami juga yang harus menjawab tantangan ini. Sungguh tak kuasa menolak antusiasme anak-anak untuk mengikuti permainan itu. Yang sedikit menghibur, kegembiraan ini akhirnya menular kepada orang tua mereka. Antrian pemain jadi makin panjang, padahal hanya bisa menampung empat higga enam orang dalam sekali putaran. Belum lagi sebagian dari anak-anak itu belum bisa membaca sehingga tim FBI harus sangat bersabar.

Sudah pukul 17.45 wib. Sedikit lega. Bergegas kami berkemas, dan menuju warung yang telah menyediakan makanan untuk kami. Es kelapa, air kemasan, teh hangat, buah pisang, udang asam manis, cumi goreng tepung, dan kakap bakar telah rapi berderet. Asap yang mengepul memenuhi rongga dada, menggelitik lambung. Asam lambungku langsung megucur deras. Perih...!

Kumandang azan Maghrib terasa terlalu lama untuk di tunggu. Kami curiga, di pantai
siang jadi lebih lama dibandingkan di Bogor. Kerongkongan sudah kerontang. Ludah saja hampir tak bisa di telan. Berkali-kali kami melirik jam di tangan. Belum juga azan berkumandang.

Entah siapa yang mulai, sepakat saja kami berbuka tanpa menunggu azan maghrib. Jam di tangan sudah lebih lima menit ketimbang waktu berbuka di bogor. Satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam gelas air dan es kelapa masuk sekaligus di perut! Rehidrasi, yang bikin susah respirasi. Haha!
Tak sabar menunggu menyebarnya air ke seluruh tubuh, hanya lima menit berselang, tahap selanjutnya adalah: makan!

Sore itu, nasi bukan lah pilihan utama. Kami sibuk menyiangi daging ikan dari duri, menuang udang dengan bumbu, dan cumi untuk di colek dengan sambal kecap. Sesekai mengambil tumis kangkung untuk mencegah sumbatan kolesterol. Kesimpulan: KALAP!
Pengalaman yang luar biasa! Meski sudah sering berkunjung ke Untung Jawa, baru sekali ini menantang panas udara, dan keringnya kerongkongan selama berpuasa. Apakah berani melakukan lagi? Kita lihat aja nanti. Kalau boleh, malam aja kali ya?
Hiburan kami juga bertambah.Total dana yang didapatkan adalah Rp.618.000. Dana yang didapatkan ini kami serahkan kepada dua RT di sekitar lokasi bazaar sebanyak Rp.500.000. Sedangkan sisanya, kami serahkan kepada PIC untuk di kelola (dibagikan kepada masyarakat sekitar rumahnya yang membutuhkan).

Pekerjaan belum selesai. Sampai di Tanjung pasir, kami menunaikan amanat dari kawan yang menitipkan sumbangan uang tunai untuk disumbangkan kepada kaum dhuafa. Karena hari telah lewat waktu isya’, banyak orang bergerombol di jalan membuat kami harus ekstra hati-hati. Kami tak boleh terlihat menyolok, apalagi diketahui akan memberikan sumbangan. Kami takut terjadi kekacauan. Margin eror sangat mungkin jadi besar karena kami memilih “hanya” dengan melihat kondisi rumah tinggal sasaran. Meski kami mengenal baik di wilayah sasaran, nyatanya, banyak rumah yang dulu kami kenal penghuninya, telah berpindah tangan. Mudah-mudahan sumbangan tadi tidak sia-sia, dan terjadi hanya karena Allah yang menuntun kami. Amin.

Terimakasih atas bantuan kawan semua. Sampai jumpa di bazaar tahun depan!

Lampiran
Daftar penyumbang pakaian layak pakai:
1. Bakrie Telecom, Jakarta
2. Nurlaila – Cibitung, Bekasi
3. Depnina Kencana, Bogor
4. Irma Dana dan kawan-kawan, Bogor
5. Hariati Ruchmono, Jakarta
6. Lukman Hardian- SMP Madina Islamic School, Jakarta
7. Sherlina Tambunan, Bekasi
8. GC (Green Community) - UI, Depok, Jawa barat
9. Rani, Jakarta/Malang
10. Siswa-siswi YMIK 1 Manggarai, Jakarta
11. Desi Hartanto, Bogor
12. Luluk, Jakarta
13. Novi Kuspriyandari dan Sudarno, Cilebut- Bogor.
14. Dian, dan Reni, Bojonggede – Bogor.
(mohon konfirmasi bagi yang belum tercantum di daftar).
Daftar penyumbang dana tunai:
1. Tutik Setyowati, Bekasi
2. Tini Martiyana, Slipi - Jakarta Barat.

Jun 19, 2010

Lumpia Isi Jamur




Bahan:
Lumpia:
- 10 lembar kulit lumpia
- ¼ tahu putih (cina), potong kotak-kotak kecil.
- Jamur kancing 10 buah, potong sesuai selera.
- 1 batang sedang wortel , potong kecil-kecil atau serut
- 1 buah bawang bombay, iris kecil-kecil
- 1 batang daun bawang, iris tipis
- ¼ sendok teh lada bubuk
- 2 sendok makan kecap ikan/saus tiram
- Garam secukupnya
Saus:
- 3 sendok makan tauco
- Garam secukupnya
- Gula secukupnya
- 1 sendok makan saus tomat
- 50ml air
- 1 sendok teh tepung maizena/terigu campur dengan 1 sendok air
Cara membuat
Lumpia:
- Campur semua bahan isi dan bumbunya. Aduk hingga tercampur rata.
- Ambil selembar kulit, isikan satu sendok makan isi lumpia. Lipat dengan rapi.
- Goreng hingga kecoklatan.
Saus:
- Blender tauco bersama 50ml air. Tuang dalam panci. Rebus bersama gula, garam, dan saus tomat.
- Kentalkan dengan tepung maizena/terigu.
- Tunggu sampai mendidih. Angkat.
Catatan: jika ingin pedas, saus tomat bisa diganti dengan saus sambal, atau sediakan saja cabe rawit saat menghidangkan.

Jun 4, 2010

Rafflesia patma, mekar di Kebun Raya Bogor



Kamis,3 Juni 2010, adalah kesempatan yang langka karena menyaksikan mekarnya Bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor. Kenapa? Usaha untuk membuatnya hidup di luar habitatnya telah dilakukan sejak tahun 1857 oleh peneliti-peneliti Belanda. Akhirnya, setelah melalui penelitian intensif sejak tahun 2004, bunga Rafflesia patma bisa mekar di Kebun Raya Bogor.

May 22, 2010

Sayur krecek kacang merah



Bahan:
- 100g kulit sapi, bersihkan, potong-potng sesuai selera, dan rebus sampai empuk
- 100g kacang merah, rebus sampai empuk
- 1 buah tahu putih (cina), potong sesuai selera, goreng jangan sampai kering
- ¼ ekor ayam, rebus, ambil kaldunya kira-kira 50 ml.
- 250ml santan

Bumbu:
- 6 siung bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 10 biji cabai merah (buang bijinya sebagian jika kurang suka pedas, atau tambah cabai rawit jika suka pedas)
- 3 butir kemiri
- Gula pasir secukupnya
- Garam secukupnya
- 2 batang sereh
- 3 lembar daun salam
- 2 ruas lengkuas

Cara membuat:
- Rebus ayam sampai empuk, ambil kaldunya. Angkat daging dari rebusan, suwir-suwir, dan sisihkan.
- Haluskan bawang merah, bawang putih, kemiri, dan cabai merah. Tumis dengan minyak sampai harum. Masukkan lengkuas, sereh, dan daun salam. Tuangkan kaldu. Kemudian masukkan kulit sapi, tahu yang telah di goreng, dan kacang merah. Masak sampai mendidih.
- Beri garam dan gula secukupnya.
- Terakhir, tuangkan santan. Biarkan mendidih kembali, angkat.

Catatan:
- Jika tidak menemukan kuit sapi, kerupuk dari kulit sapi (rambak) juga bisa di gunakan, tetapi cara memasaknya agak berbeda. Kerupuk rambak yang telah di goreng, di masukkan dalam sayur sesaat sebelum sayur di angkat dari tungku sehingga air sayur harus sedikit di lebihkan karena kerupuk akan menyusutkan air hingga separuhnya.
- Jika tak suka ayam bisa diganti dengan udang, atau daging sapi giling yang di buat butiran dengan cara mencampur dengan tepung panir, dan dibumbui lada dan garam.

May 17, 2010

Cenal-cenil


Bahan:
Untuk cenil:
- 200g tepung kanji/sagu
- 1/8 sendok teh garam
- 200ml air
- 2 sendok makan pewarna dari 10 lembar daun suji
Untuk taburan:
- ½ buah kelapa setengah tua
- 100g gula merah
- 2 sendok makan gula pasir
- 100ml air
- 1 lembar pandan
Cara membuat:
Cenil:
- Campurkan tepung dengan garam halus dan air daun suji. Tuang air sedikit demi sedikit sambil diuleni sampai bisa dibentuk dan kalis. Bentuk sesuai selera.
- Sambil membentuk cenil, jerang air di panci sampai mendidih.
- Masukkan adonan yang sudah dibentuk di air mendidih. Tunggu sampai matang dan mengapung.
- Angkat, dan tiriskan.
Kuah/taburan
- Masak air bersama gula merah, gula pasir, dan daun pandan. Tunggu sampai air menyusut dan mengental. Angkat.
Cara menyajikan:
- Campur cenil dengan kelapa parut. Taruh di atas wadah, siram dengan kuah/gula. Sajikan.
Catatan: jika ingin warna lain, buat adonan tersendiri. Atau, setelah diuleni dengan air, bagi menjadi beberapa bagian dan beri perwarna makanan.

May 15, 2010

sebuah harapan yang kembali terukir..

RANCANGAN BAZAAR RAMADHAN 2010

Sejarah Bazaar

Waktu itu, Ramadhan sudah setengah jalan. Dengan rizki yang – alhamdulillah – cukup untuk berdua, kami ingin berbagi lebih dari yang kami telah lakukan. Mumpung bulan baik sedang bersama kita semua. Tapi, rizki belum bertambah. Kami terus memutar otak untuk mencari jalan berbagi.

Lalu, inspirasi itu datang dari sebuat status teman di facebook. Status itu menyatakan bahwa beliau hendak membuat garage sale dengan menjual benda-benda yang hanya menumpuk di lemari tanpa pernah, atau satu-dua kali terpakai. Status itu ternyata ditanggapi oleh beberapa teman yang menyatakan hal yang sama. Lalu, kami berpikiran jika barang-barang itu dikumpulkan, tentu hasilnya tidak sedikit. Sangat mungkin banyak teman atau orang lain yang mengalami hal yang sama. Bagi yang sudah tidak ingin memanfaatkan, barang-barang tersebut hanya jadi sampah. Sedangkan di lain pihak,di sekeliling kita, masih banyak sekali orang yang membutuhkan bantuan meski itu hanya sehelai selimut, atau segenggam beras. Kami terus mencoba menguatkan rasa optimis bahwa ide tersebut akan menjadi jalan yang baik untuk berbagi.
Tanpa pikir panjang lagi, kami meminta sisa pakaian atau barang yang tidak terjual di garage sale nya itu untuk disumbangkan kepada tetangga, atau siapapun yang membutukan. Meskipun saat itu kami lupa, teman kami ini adalah seorang pekerja kantoran, sedangkan tetangga yang hendak kami sumbang adalah janda tua, keluarga miskin dengan profesi sebagai pengemis, kerja serabutan, atau pengumpul sampah. Sangat mungkin tidak “matching” antara benda yang ada dan yang disumbangkan. Tapi, siapa yang menyangka? Dengan ridlo Allah, ternyata kami mendapatkan empat kardus besar berisi bermacam barang layak pakai. Mulai dari pakaian dewasa, anak, selimut, sarung, sprei, mukena, bahkan pakaian bayi yang masih sangat layak. Subhanallah...!
Malam itu, selesai sholat tarawih, kami sibuk menyortir pakaian untuk di sesuaikan dengan golongan yang hendak kami sumbang. Satu masalah timbul. Jumlah pakaian kerja jumlahnya berlebih, sedang kami tahu tak banyak orang di kampung yang bekerja kantoran. Sekedar informasi, kami tinggal di perumahan sederhana di Cilebut Timur dan berdempetan dengan kampung yang cukup padat. Akhirnya, kami memutuskan untuk menjual sebagian pakaian kerja itu pada warga perumahan yang pekerja kantoran, atau setidaknya pakaian itu masih memenuhi selera para ibu muda.

Lelang pakaian

Sehari sebelum dilakukan bazaar, kami mengadakan buka puasa bersama teman mahasiswa yang pernah bekerjasama dengan kami dalam hal pendidikan anak. Karena beberapa teman menginap, selesai sholat tarawih, kami membuka lelang beberapa pakaian yang kami anggap masih sangat layak untuk mereka pakai. Kami sengaja melakukan lelang (“menodong”) mereka dengan harga cukup tinggi untuk sebuah jaket atau celana jins bekas, karena kami yakin mereka bukan menghargai pakaian itu saja, tetapi pada niat di balik lelang tersebut.

Bazaar sesi I

Masih dengan bantuan teman yang menginap, sekitar pukul tujuh pagi bazaar digelar. Banyak yang mengira kami menggelar bazaar sembako karena salah informasi. Padahal selebaran sudah di bagi-bagikan sehari sebelumnya, dan titip pesan pada beberapa RT setempat. Banyak yang hendak berbalik arah, apalagi mengetahui barang yang kami gelar semuanya barang bekas. Tetapi, ketika menyaksikan bahwa pakaian yang kami jual masih bagus dan harganya sangat murah (Rp 500 – 5000), mereka kemudian menyerbu dengan antusias. Bahkan banyak yang kembali lagi dengan membawa tetangga atau teman. Dalam waktu satu jam, separuh dagangan telah habis terjual! Uang yang terkumpul sebanyak Rp500.000, kami belikan beberapa paket sembako dan dibagikan kepada tetangga yang kami prioritaskan untuk menerima bantuan. Di antara mereka yang kami bagi sembako, ada janda tua, keluarga pengemis buta, pemulung, penjaga lintasan kereta, penjaga kebun, pencari rumput, pengumpul sampah, dan lain-lain.

Bazaar sesi II

Ketika hasil bazaar I kami laporkan, teman kami/penyumbang merespon dengan memberikan lagi empat dus besar pakaian dan banyak lainnya. Plus, uang sejumlah satu juta rupiah untuk dibelikan takjil buka puasa pada pengunjung bazaar. Hasil bazaar sebanyak Rp.550.000. Kali ini, uang hasil penjualan kami berikan pada yang berhak tetap dalam rupiah agar bisa membeli keperluan selain sembako. Kali ini, kami bagikan pada janda tua, pemulung, anak yatim, dan beberapa pembantu rumah tangga di sekitar rumah tinggal kami.

Bazaar estafet

Pakaian yang masih ada kami bawa ke Kampung Pulo Bojonggede, Parung, dan Bukit Duri-Tebet. Dengan bantuan keluarga, untuk di Bojonggede dan Parung, kami melakukan pola yang sama dengan di Cilebut. Kami membuka bazaar di sore hari menjelang berbuka, dan mendapati respon yang baik. Uang yang diperoleh, kami bagikan kepada beberapa janda tua, dan anak yatim. Sedang untuk di Bukit Duri-Tebet, kami membagikan pakaian kepada para perantau (penarik bajaj, dll) yang hendak pulang kampung.

Tujuan:
- Menyambut dan mengisi ramadhan dengan berbagi
Berdasarkan pengalaman bazaar sebelumnya, kami menerima dan mengelola sumbangan pakaian dan barang bekas layak pakai antara lain:
- Pakaian dewasa (celana, baju muslim, baju koko, dll)
- Pakaian anak dan bayi,
- Selimut,
- Sarung,
- Mukena,
- Kerudung/jilbab
- Kain batik (jawa: jarit),
- Kebaya/ abaya
- Sprei (atau bed cover),
- dll

untuk disumbangkan dengan mekanisme pengelolaan sebagai berikut:
1. Sortir pakaian/barang menjadi 3 kategori A,B,C:
a. Kategori A: sumbang langsung, adalah pakaian yang langsung kami pilih untuk disumbangkan sesuai dengan target. Misalnya pakaian muslim untuk para janda, atau sarung dan baju koko untuk laki-laki, pakaian anak untuk anak yatim dan seterusnya.
b. Kategori B: kategori jual, adalah pakaian atau barang lain yang tidak sesuai dengan target, misalnya pakaian kerja sedang target kami adalah janda, dan seterusnya. Hasil penjualan untuk dibelikan sembako atau diberikan dalam bentuk uang.
c. Kategori C: bonus pengunjung/pembeli, adalah pakaian yang kami berikan secara Cuma-cuma sebagai bonus pembelian. Biasanya pakaian ini karena tidak layak jual ataupun disumbangkan (cacat).

2. Rencana titik lokasi bazaar: Perum Cilebut Bumi Pertiwi – Cilebut, Kampung pulo – Bojonggede, Parung, dan Citayam. Pemilihan titik lokasi tersebut berdasarkan kesanggupan sumberdaya yang rela membantu terlaksananya kegiatan tanpa di bayar.

3. Berdasarkan pengalaman sebelumnya juga, di satu titik lokasi bazaar sudah mencapai “kejenuhan” dalam waktu 2 hari. Kejenuhan ini bisa diartikan sebagai: “tak ada lagi barang yang menarik untuk dibeli”, atau “hanya sedikit kebutuhan yang dapat dipenuhi”. Hal ini tentu terkait dengan beragamnya konsumen, mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan pedagang keliling yang berharap mendapatkan beragam kebutuhan di bazaar. Padahal jenis dan jumlah pakaian memang sangat terbatas, tergantung dari sumbangan saja.

Untuk mengatasi menumpuknya sisa pakaian/barang yang tak terjual atau menemukan penerima, bazaar dilakukan secara estafet.
• Di lokasi 1 (Cilebut), bazaar digelar maksimal 2 hari. Uang yang terkumpul, di sumbangkan pada masyarakat sekitar Cilebut. Baik berbentuk sembako maupun uang tunai.
• Jika tersisa, bazaar digelar di lokasi 2 (Kampung pulo- Bojonggede), uang yang diperoleh di sumbangkan di masyarakat sekitar Bojonggede. Dan seterusnya.
Penerima sumbangan kami prioritaskan kepada:
• Janda tua,
• Anak yatim
• Keluarga miskin (memiliki kepala keluarga tetapi tidak berpenghasilan atau tak memadai)
Kepada penyumbang (melalui email, telpon, atau facebook) hal-hal yang akan kami laporkan antara lain:
• Jumlah uang yang diperoleh dari penjualan,
• Jumlah penerima sumbangan
• Jumlah dan/atau macam sumbangan


Kontak:
Jika ada yang hendak diketahui lebih lanjut, silahkan menghubungi kami di:
Phone: 0341-8430767/ 08164290395
Email: novik24@yahoo.com
Facebook: Novi Kuspriyandari

Terimakasih

Catatan:
- Kami hanya menerima sumbangan yang tidak mengikat. Dalam arti, sumbangan yang kami terima diserahkan sepenuhnya untuk kelola seperti yang telah kami sampaikan di atas.
- Karena kami tak memiliki biaya operasional (transportasi), kami berharap dermawan mengirimkan barang sumbangan langsung ke alamat di bawah ini:
Perum Cilebut Bumi Pertiwi Blok AN 26 RT/RW 04/02 Cilebut Timur, Sukaraja, Kab. Bogor.
- Kecuali masih dalam jangkauan dan kemampuan kami untuk menjemput sumbangan dengan motor.

FAQ (frequently asked question):
1. Q: Mengapa uang yang terkumpul tidak untuk membeli pakaian baru saja? Lebih menggembirakan jika yang kita berikan pakaian baru.
A: sudah dipikirkan. Saat itu pilihannya adalah: harga murah dengan kualitas buruk tetapi dapat banyak, atau kualitas lumayan tetapi jumlahnya sedikit? Setelah dihitung dan di konversikan dengan target yang kami beri sumbangan, ternyata tidak dapat meng-cover jumlah target.

2. Q: data penerima?
A: terus terang, pengelolaan bazaar I dan II memang masih apa adanya, karena kami hanya berpikir bagaimana bisa memberi sesuatu kepada orang lain sedangkan kami tidak memiliki banyak harta atau benda untuk dibagikan. Waktu itu, siapapun yang nampak butuh bantuan, langsung kami beri paket sembako atau uang.

3. Q: Coba kasih tahu kami sejak jauh hari...! Insyaallah lebih banyak lagi yang membantu.
A: benar, itulah yang hendak kami lakukan. Di bazaar sebelumnya, kami bahkan tidak menyangka akan direspon secepat itu sehingga persiapan kami apa adanya. Apalagi bazaar di gelar mendekati lebaran, sehingga banyak orang yang hendak kami mintakan bantuan telah memiliki kesibukan sendiri.

pagi...!


sebuah keindahan pagi, di sudut Cilebut.

Apr 16, 2010

Buka Mata






















Cilebut, malam hari.

Jam di tangan sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas menit, ketika kami (saya dan suami) sampai di pintu perlintasan kereta tak resmi menuju rumah. Jalan ini biasa kami pilih karena merupakan jalur terdekat meski, hanya berupa gang kecil yang hanya cukup untuk satu motor.Gang ini biasa di sebut gang Marhadi.
Melihat motor kami hendak melintas, sang penjaga pintu keluar dari pos berupa gubuk dan memberikan aba-aba dengan gerakan tangannya agar kami terus saja melintas. Dalam kepekatan malam yang mencoba ditembus lampu neon, padangan saya dengan segera menangkap sosok yang saya kenal.Penjaga pintu kereta itu adalah seorang nenek yang berpakaian sederhana, dengan rambut memutih yang tersembul dari kerudung yang diukel sekenanya.

Nenek Amah namanya. Rumahnya tak jauh dari pintu perlintasan ini. Kami sudah kenal sejak pindah rumah ke Cilebut. Seketika menimbulkan kembali niat untuk mengetahui lebih detil kehidupan sang nenek. Akhirnya, kami memutuskan untuk berhenti dan sedikit berbincang.

“Kok, sendirian nek?” tanyaku. Ini kutanyakan karena beberapa kali melihat nenek “beraksi” macam ini ditemani beberapa orang.

“Ah, siapa yang mau nemenin nenek?”tanya nenek balik.

“Lho, biasanya kan ada yang nemenin?”

“Nggak, nenek biasa sendiri. Gantiin Anim, kalau dia sudah pulang,”timpal Nenek lagi.
Aku tak melanjutkan pertanyaan lagi walaupun tahu beberapa kali melihat nenek tidak sendirian. Aku menduga, teman di pos jaga hanya ingin nongkrong, tidak untuk sengaja menemani nenek “bertugas”.Maklum, rumah kontrakan yang berderet dekat pos terjepit jalan raya dan rel kereta. Jadi, ketika ingin “ngadem” tapi tak punya beranda atau halaman belakang, ke pos jaga lah larinya. Bisajadi kan? Apalagi di siang hari banyak juga yang nogkrong di pos ini.

Yang aku tahu, meskimalam telah larut dan kereta yang membawa penumpang tinggal sisa, nenek tetap mau mengambil alih pekerjaan menantunya Ujang, dan tetangganya Anim, demi sekedar mengharapkan “sisa” kebaikan pelintas rel malam hari.Karenaesok, nenek harus tetap makan. Dia tak mau bergantung pada anak dan menantunya yang penghasilannya hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di siang hari nenek tak tinggal diam.Nenek biasa mencari nafkah dengan cara mencari dan menjual daun pisang pada siapa saja yang memerlukan. Atau, menjual tenaganya dengan mengisikan kapuk pada kasur milik tetangga. Apapun, semampunya.

Hening terpecahkan oleh sorot lampu dari arah Selatan.Dari Stasiun Cilebut, kereta ekonomi bergerak menuju Stasiun Bogor.Beberapa motor yang tadinya tertahan palang pintu,kembali bisa melintas sambil memandangi kami yang tengah asyik memotret.Sayang, mereka lupa tak menaruh uang dalam kaleng yang diletakkan di pangkal palang pintu itu.Tapi, bukankah memang tak ada kewajiban atau aturan tertulis? Uang untuk penjaga hanya bergantung pada “kesadaran” pengguna gang dan perlintasan saja.

Cara nenek memperjuangan hidup, membuatku tertarik untuk menemui nenek di rumahnya besok pagi.
“Besok pagi ada di rumah, nek?”tanyaku ragu.
“Iya, ada!” jawab nenek lugas.Aku lega sekaligus tertegun. Tak terlihat di wajahnya sebuah keraguan, atau pertanyaan “untuk apa atau mau ngapain?”. Kalimat itu yang sering aku tanyakan kepada orang yang hendak silaturahmi ke rumahku. Maklum, sebagian besar orang tidak mengunjungi rumahku tanpa tujuan tertentu. Jadi, otomatis saja keluar dari pikiranku. Ah, aku jadi malu sendiri. Kalimat yang sudah aku siapkan untuk menjawab “pertanyaan” yang tidak ditanyakan oleh nenek seketika menjadi lenyap begitu saja dari otakku.

Sebagai tanda terimakasih, saat pamit kuselipkan sedikit uang ke tangan nenek. Nenek tersenyum dan berucap terimakasih.

Pagi

Dari deretan rumah sangat sederhana di pinggiran sungaiKalibaru yang curam di bibir jalan ruas Kebon Pedes – Cilebut – Bojonggede, “tergantunglah” rumah milik nenek.Mengapa tergantung? Betapa tidak, rumah nenek berada di atas tebing sungai yang sangat curam, bahkan bisa dikatakan tegak lurus. Sewaktu-waktu air hujan bisa menggerus dinding sungai, dan menghanyutkan apapun di atasnya. Bayangan buruk ini bukan tidak mustahil. Sepanjang jalan dari Jalan Baru hingga Bojonggede, banyak sisi jalan yang berbibir tebing sungai telah mengalami longsor dan sangat membahayakan pengguna jalan.Mungkin, rumah nenek sedikit “beruntung”, karena ditopang rumpun bambu dibelakangnya.

Tapi sesungguhnya, jika tak jeli, rumah nenek ini mungkin tak terlihat sebagai rumah karena lebih menyerupai bilik, dengan dinding campuran potongan triplek, seng dan bambu berukuran 3x 3 meter. Letaknya paling ujung dari deretan, dan menempel pada rumah anak bungsunya yang juga berdinding bambu. Rumah ini hanya terdiri dari dua ruangan saja. Satu ruang lagi diisi tempat tidur dan penampung air beserta sedikit perabotan, satu ruang kecil lain adalah dapur dengan tungkunya.

Saat aku kunjungi, Nenek tak terlihat sedang memasak apapun di dapur nan kecil itu. Tak ada asap dari tungku. Abu bekas kayu bakarpun nampak telah dingin. Hanya dua ekor anak ayam di cat warna –warni yang menjadi piaraannya, asyik bermandi abu dari tungku.

Di rumah nan mungil itu, hanya ada sarana yang sangat sederhana. Satu-satunya penerangan miliknya adalah bohlam yang ada tepat di tengah ruangan. Itupun hanya bisa dinyalakan dari rumah sang anak. Di atap rumah, ada talangberkarat yang diselipkan di bawah genting untuk menampung air hujan. Talang itu disambungkan dengan corong dan selang plastik untuk mengalirkan air ke dalam tampungan di dalam rumah. Airhujan yang tertampung digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti mencuci perabotan dan membersihkan diri ketika malam hari. Jika sedang tidak turun hujan, nenek terpaksa meminta air kepada tetangga. Salah satunya mengambil dari sumur di dalam kebun jati. Sedangkan untuk MCK, nenek biasa mengandalkan sungai Ciliwung yang jaraknya sekitar seratus meter dari rumahnya.

Rumah nenek juga tak berjarak dari pinggir jalan raya. Keluar dari pintu rumah, nenek sudah berhadapan dengan lalu lalang kendaraan yang semakin hari semakin ramai. Bukan tidak mungkin, setiap saat bahaya bisa menghampiri. Tapi, nenek tidak punya pilihan. Kehidupan anak-anaknya yang lain juga tidak lebih baik darinya. Dia lebih suka dekat anak bungsunya, yang memberikan satu cucu buah perkawinannya dengan Ujang, yang juga penjaga pintu perlintasan kereta.

Apakah bantuan pemerintah sudah pernah menyentuhnya? Saya tidak melihat jejaknya.

Cilebut, April 2010

Mar 30, 2010

Kangen...

Jadi kangen sama kamu, Blog..? Lama tak kujumpai. tapi sebentar lagi mungkin aku akan rajin menemuimu. Sebenarnya calon isimu sudah banyak...tapi, susah OL-nya..! Maklum, modem yang pernah kubanggakan itu merusak komputerku..Si Hoki. Jadi, kuputuskan tidak menggunakan modem dulu. Dan, ke warnet dulu deh...hehe..!

okelah...segini dulu kehadiranku. sampai jumpa lain kali, ya?

love u!

Jan 9, 2010

Bersyukur...


Sesuai judul "hidup itu indah", seperti itulah hidupku tahun 2009 yang baru berlalu. pernuh warna. tak terlalu gemerlap, tetapi tetap indah.

keindahan yang sederhana. Pernikahan si bungsu, memberi warna "lega" dan bangga. Dan, telah lunasnya rumah yang sejak tahun 2004 kami tempati, memberi warna puas, pun bangga. Meski mungkin bagi sebagain orang "prestasi" ini biasa saja, tapi bagiku ini luar biasa. Mengingat perjuangan kami yang cukup berat, dan dari hasil yang bersih tanpa korupsi!

Semoga kesederhanaan hidup kami, memberi berkah pada kehiduoan kami seterusnya. Amiinn...