Oct 22, 2008

“…..Ngga’ setuju toh, Kom?”


Dari sana nama itu terlahir.

Ini cerita tentang seorang bibiku dari ibu, tapi beda ibu alias dari istri kakek yang lain. Sebut saja namanya Kokom. Dari sekian adik ibu dari istri kakek yang lain, beliaulah yang paling sering main ke rumah karena rumahnya paling dekat.

Bisa di bilang, dia adalah biangnya keras kepala. Dan, cirri khas lain dari sang bibi adalah kesukaannya berbicara aneh (ngasal). Meski kami sudah terbiasa, tetapi tetap saja kami harus mengerutkan dahi untuk mengerti apa maksudnya.

Meski begitu, Bi Kokom adalah orang yang selalu terlihat bersemangat. Jika main ke rumah, tak henti-hentinya berbenah dapur yang memang selalu terlihat berantakan. Memang, sejak ibu terserang stroke, dan ketiga anaknya menikah dan tidak lagi berada di rumah, urusan dapur jadi sering terbengkalai karena ibu jadi sering merasa cepat lelah. Kehadiran bibi sebenarnya sangat membantu, karena dapur jadi rapi.

Tetapi kerapihan bibiku juga kerap merepotkan ibu. Ketika bibi telah pulang, dan ibu harus menyiapkan makanan untuk bapak dengan memasak, barang-barang yang ibu hafalkan letakknya, tibta-tiba lenyap entah kemana. Akhirnya ibu harus kehilangan banyak waktu karena mencari-cari sekedar bumbu dapur ataupun penggorengan. Padahal ibu sudah bilang, barang-barang yang masih sering (tiap hari) dipakai jangan disimpan dalam lemari, cukup digantung dekat tempat cuci piring atau dekat kompor. Tapi bibiku tidak suka, katanya itu terlihat tidak rapi dan kotor..!

Puncaknya, ketika Ramadhan kemarin sang bibi sengaja “nyantrik” beberapa hari untuk belajar membuat kue yang memang jadi keahlian ibu. Sebagai timbal baliknya, ibu meminta bantuan bibi untuk berbenah dan membersihkan rumah, salah satunya membersihkan kaca jendela. Karena rumah bibi memang (dulu sebelum di renovasi) tidak berjendela kaca, bibi belum bisa membersihkannya dengan benar. Untuk itu, ibu menegur bibi dan memberikan contoh cara yang benar.

Rupanya, “harga diri” sang bibi sedang tinggi. Teguran ibu membangunkan “keengganannya”.
Bibi menunjukkan raut muka tidak senang sambil berteriak “aku nggak setuju, kalau caranya gitu!”
Ibu hanya terbengong kaget.
Entah apa yang tidak disetujui oleh bibi. Cara ibu menunjukkan cara membersihkan jendela, atau cara membersihkan jendelanya? Ini kan bukan diskusi, tetapi lebih seperti “perintah kerja”. Dan membersihkan kaca jendela jika tidak memperhatikan beberapa hal tentu hasilnya tidaklah maksimal.
“O, kamu nggak setuju toh, Kom?”komentar ibu singkat, enggan menanggapi.
Akhirnya ibu mengalah. Ibu membersihkan sendiri kaca jendela, dan bibi diminta kembali ke dapur wilayah favoritnya.

Aku yang mendengar cerita ibu di waktu lebaran, hanya bisa menggelengkan kepala. Aku jadi mengerti mengapa majikan si bibi dulu, di Arab Saudi sering membuat bibi uring-uringan. Katanya segala hal yang dilakukan selalu tidak cocok. Pasti si bibi yang terlebih dulu membuat jengkel sang majikan. Arab dan Jawa pasi banyak perbedaan, dan mungkin itu membuat bibi selalu gusar.
Dan cara si bibi membalas kejengkelan itu sangat konyol. Dia menuangkan garam pada teh, membuat gosong makanan yang sedang di masak. Dan banyak hal lain yang terlalu “nasty” untuk diceritakan. Takut ditiru!

Dan, yah… bisa di tebak bagaimana akhirnya. Si bibi di pulangkan dan tak ada agen lain yang mau mempekerjakan. Pulanglah si bibi dengan tangan hampa, tetapi dengan cerita segudang.

Bi Kokom…Bi Kokom!

Kakak dan adikku yang ikut mendengar kisah ini sering menjadikan ketidaksetujuan seseorang atas sebuah pendapat, pemikiran, atau usul, menjadi lelucon.
Mereka bilang,”oh, kamu masuk golongan ngga setuju toh, kom?”
Tiba-tiba, terlintas di benakku bahwa cerita-cerita unik seputar bibi bisa jadi bahan untuk blog-ku. Spontan aku “menyempurnakan” kalimat itu menjadi: we-we-we.engga’ setuju dotcom!

Ha..ha.. kakak dan adikku tak berhenti tertawa sambil mengangguk setuju.
Bibi, aku akan menjadikanmu ikon yang unik, se-unik pribadimu.

Setuju, nggak?

Oct 9, 2008

Engga setuju adalah...

Menggelengkan kepala..
Mengerutkan dahi...
Mulut menganga...
Mulut mengumpat...
dll...

Banyak cara menungkapkan ketidaksetujuan..
Sambil senyum?
Boleh...
Sambil menulis...?
Boleh bangets.
Meski itu sulit.

Episode sedih harus lewat.
Roda sudah waktunya bergulir.
Tunggu saya di langkah baru....