Apr 1, 2011

Dua sisi mata koin


Dia, Panji ponakanku, masih sering salah.
Berlari mengejarku, lalu memelukku dari belakang.
Ups..ketika aku menoleh padanya, dia jadi malu.
Tapi, tetep memelukku.
"Lho, ibu mana budhe?"tanyanya malu-malu setelah tahu dia salah mengira aku ibunya.
"Itu, sama adik, lagi mimik..,"jawabku.
Aku dan adikku sekilas memang bersosok mirip, bahkan juga suara kami.
Dulu, ketika Panji sakit atau ibunya sedang lelah, dia hanya mau aku gendong.
Mungkin karena kemiripan itu pula, teman-teman adikku juga sering salah.
Padahal, sebenarnya mukaku jauh berbeda, dan usiaku terpaut tujuh tahun.

Dia, Panji sebenarnya anak cerdas dan aktif.
Tapi, sering tak mendapatkan jalan atau ekspresi yang benar.
Kesepian mungkin membuatnya sering menjahili adiknya yang masih bayi.
Ingin segera bermain dengannya, sehingga sering membuat adiknya terbangun dari tidur.

Ketika dia sangat nakal, seperti mecubit adiknya atau menggigit temannya,
kami sangat jengkel, sehingga kadang bertindak berlebihan termasuk mencubitnya.
Tetapi kemudian, kami sangat menyesalinya.
Wajahnya yang lucu, bermata memelas, membuat kami sangat merasa bersalah.
Cerdas, aktif, keras, sering kami artikan nakal.

Maafkan kami ya, nak.
Kami hanya harus membagi perhatian, tidak hanya padamu.
Sehingga kami tak sungguh memahamimu.

Tapi, kami tetap menyayangimu kok.
Buktinya, kalau budhe sudha di Bogor, kamu di Jember,
sering...sekali kangen sama kamu.
Panji kangen budhe nggak?

Waktu ibumu bilang, "nanti adik Lintang mau ikut budhe ke Bogor, lho? Panji di sini saja ya, sama ibu?"
Kamu malah menjawab:"Panji ikut..!"
Budhe senang, Panji juga sayang sama budhe.
Tapi, kalau Panji juga ikut budhe, kasihan ibu.
Jadi, Panji temenin ibu aja ya?
Nanti budhe akan sering berkunjung. Oke?

Love you..!

2 comments:

  1. Wah seneng bisa sedekat itu sama keponakan :)
    Btw, yang sering salah itu Panji sama temen-temen adik saja atau ayahnya Panji juga :D
    #becanda mode# ... hidup ini indah bukan?

    ReplyDelete
  2. hehehe..insyaallah indah banget, dan gak takut salah kok, wong sudah beda "baunya"..

    ReplyDelete