Manusia primitif, jutaan tahun lalu, mencari makan dengan melemparkan batu pada calon mangsanya agar mati dan bisa segera dimakan. Kata para ahli, mereka melakukan itu karena hanya itulah yang terpikir oleh para nenek moyang manusia. Dagingpun mereka makan mentah-mentah, sampai suatu hari (entah bagaimana ceritanya) mereka menemukan alat yang lebih modern seperti kapak batu, lalu besi dan seterusnya. Mereka selain melakukan itu untuk mendapatkan makanan, mereka melempar batu juga demi mempertahankan hidupnya dari predator lain alias senjata.
Jaman dulu, mungkin, kalau tidak memakan ya bisa jadi dimakan. Maklum, rantai makanan kan masih sangat seimbang. Hukum alam masih berlaku untuk siapa atau apa saja. Kalau menang bertarung, lawan bisa jadi santapan. Ya, meski mereka mungkin dulu tidak berpikir untuk mempertahankan diri, yang jelas perilaku itu muncul karena terdorong rasa lapar. Satu perilaku yang sangat “reasonable”: melempar (alat pembunuh) untuk mendapatkan makanan.
Lalu masa berganti, menjadi lebih modern. Batu tak lagi menjadi satu-satunya andalan. Manusia mulai membuat tombak. Itu terjadi karena manusia butuh berburu makanan, dan mungkin karena mereka tahu calon makanan akan mati lebih cepat dengan cara di tombak. Satu hal penting lagi: melempar (plus sedikit teknologi) untuk mendapatkan makanan.
Kemudian manusia mulai bisa berhitung abad. Di Yunani, perilaku primitif (melempar) sedikit berubah fungsi dengan di mulainya apa yang disebut dengan olimpiade. Di sana, batu yang sebelumnya berfungsi untuk melempar mangsa sedikit “dimodifikasi” menjadi lomba lempar cakram, dan lempar lembing. Tapi, aromanya tetaplah sama, “melestarikan” cara nenek moyang melempar sesuatu untuk mendapatkan makanan yang kali ini bisa berupa prestise.
Lalu, jaman beralih ke masa perang dunia. Manusia makin pandai membuat sesuatu yang memudahkan hidupnya. Di jaman ini, manusia makin gencar melemparkan sesuatu yang sangat kecil tetapi membuat ribuan orang mati dalam sekejap. Apa itu? Tentu kita tidak asing dengan apa yang disebut granat, bom bahkan bom atom. Untuk apa semua itu dilakkan? Untuk memenangkan perang. Perang untuk apa? Untuk memastikan bahwa manusia (di negara tertentu) yang menang tidak akan kelaparan. Masih sama kan?
Lalu sekarang, jamannya jaman edan. Maksudnya, segala hal yang ada di dunia harus selalu masuk akal tetapi tidak masuk nurani. Berarti jaman ini sudah berbeda? Belum tentu. Mungkin dari bidang lempar-melempar (dengan menggunakan fisik), semua yang sudah disebutkan di atas masih tetap ada karena atletik resmi dan atletik jalanan masih sering dijumpai. Tapi, sesuai kata ahli lagi, manusia modern akan semakin tak mengaktifkan fisik melainkan mengaktifkan otak. Fisik manusia akan semakin lemah. Karenanya, manusia modern lebih membutuhkan barang yang lebih ringan untuk dibawa kemanapun, tetapi sangat efektif untuk mendapatkan makanan. Sekali lempar itu barang, makanan akan datang dengan sendirinya. Apa itu? Benar sekali, barang itu adalah uang. Uang logam saja sudah hampir berlalu karena berat. Sekarang makin beredar uang plastik yang ringan, tapi tak gampang sobek.
Tapi, tahukah anda bahwa untuk mendapatkan barang itu, manusia modern masih tetap harus ahli melempar? Lihatlah di TV atau koran, begitu banyak orang yang melakukan ketrampilan itu sejak jaman primitif. Sepertinya itu sudah jadi sifat pembawaan manusia.
Kita pasti nggak asing dengan istilah lempar omongan tak bermutu-sekedar cari sensasi, atau lempar tanggung jawab. Atau bahkan, lempar batu sembunyi tangan. Untuk apa manusia modern melakukan itu? Apa lagi...kalau bukan untuk membuat periuk makanannya aman.
Sama saja kan?
Orang boleh bilang jaman modern identik dengan keberadaan manusia modern yang (katanya) berpikir dengan logis. Tapi, kita masih menjumpai banyak manusia yang benar-benar primitif, lebih primitif dari manusia yang melempar batu untuk makan.
Tidak percaya? Coba simak yang berikut ini.
Apakah bukan manusia super primitif namanya, jika di jaman sekarang masih saja melempar sampah seenaknya atau bahkan main lempar ke selokan atau kali bahkan sungai yang sebenarnya bisa menghindarkan kita dari banjir. Padahal kita juga sering mengeluh, banjir juga membawa banyak penyakit!
Lalu, pelajar yang saling melempar batu untuk saling melukai. Begitukah pelajar? Padahal mereka telah dan sedang dididik untuk menjadi manusia tak primitif. Atau, itu karena kurikulum pendidikan kita memang masih primitif?
Suporter bola yang tidak pernah lepas dari ritual melempar. Kalau tak kena di hati, mereka melempar cacian. Kalau tidak puas hanya dengan mencaci, mereka akan mulai melemparkan dan melempari benda-benda di sekelilingnya. Sampai babak belur kalau perlu. Tidak peduli dengan penderitaan orang lain.
Terus, ada juga manusia yang entah dari mana asalnya tiba-tiba melempar batu ke arah kereta api yang sedang melaju dan banyak penumpang di dalamnya. Apa ya yanga da dibenaknya? Mungkinkah kereta dianggap ular naga yang sedang melaju dan mengancam jiwanya, lalu berlaku seperti nenek moyangnya? Sampai sekarang aku tak tahu alasannya karena meurutku yang ini, aduh....primitif banget...!
Sebenarnya, kalau mau lebih jeli lagi, masih banyak tingkah manusia modern yang super duper primitif! Coba aja....mungkin anda akan menemukan lebih banyak dari saya.
Saya sudahi dulu episode melemparnya. Capek juga, ngomongin sesuatu yang nggak ada bagus-bagusnya....! Maaf kalau tadinya ada yang merasa modern jadi terhina. Habis, biar jaman sudah beda, manusianya ternyata sama saja (primitifnya)...
No comments:
Post a Comment