Jan 7, 2009

Mendadak Guru 3

Entah memang si anak butuh, atau sekedar pengen karena teman-teman sebayanya les privat di rumahku, dia sampai menangis mengiba pada ibunya minta turut serta.

Aku ingin tersanjung, tapi tak jadi. Aku yang selalu terlihat menganggur di mata tetanggaku, dan karenanya aku di kecam (karena tidak pernah main ke tetangga), pasti akan makin kehilangan waktu untuk menyalurkan hobi menonton TV. Sepertinya memang ini resiko yang harus aku ambil. Tapi, sepadan nggak ya? He he he maklum, penganggur memang sering berteman TV.

Dan benar saja, sore itu muncul empat anak yang datang bersamaan. Mereka Syifa (kelas 6), Icha (kelas 5), Sherly adik Syfa (kelas 3) dan, Prita (kelas 4). Prita ini yang menangis minta les. Lima belas menit ”kelas” dimulai, ada seorang anak yang mengintip dibalik pagar. Dia Tata teman sekelas Prita. Karena mendengar semua temannya pergi untuk les, dia mendatangi rumahku. Ketika aku panggil, dia terlihat gembira. Apalagi teman-temannya meneriakinya agar masuk..
”Les apa, sih?” tanya Tata.
”Apa aja...!” teman-temannya serentak menjawab.

Tak bertanya lebih banyak, Tata berlari pulang ke rumahnya dan mengambil buku. Tak sampai lima menit dia sudah sampai kembali. Napasnya memburu. Dia terlihat kehausan. Ah iya, Aku harus menambah dua gelas lagi untuk Prita dan Tata. Seperti yang biasa aku sediakan untuk murid les-ku yang sebelumnya.

Rumahku jadi penuh, dan berisik. Mereka membicarakan ujian yang baru lewat, dan soal-soal yang keluar dalam ujian. Apalagi mereka berbeda sekolah.

Untuk sedikit menenangkan suasana, aku bertanya:”sekarang mau les apa?”
Ah, sebuah pertanyaan yang kemudian aku sesali.
Mengapa?

Karena:
Syfa dan Sherly, menjawab Bahasa Indonesia. Icha menjawab IPA, dan Prita serta Tata menjawab matematika.

Astaga....! Otakku bisa pecah nanti.... Tidak mungkin aku bisa mengatasi serbuan pertanyaan mereka. Aku bukan gurunya Toto-chan (meskipun aku sedang berusaha menirunya), dan terlebih karena semua anak punya tugas dan keinginan berbeda.

Tugas? Ya, tugas. Tidak perlu heran, meskipun telah memasuki masa jeda (menjelang penerimaan raport dan libur), sang guru belum lelah memberikan tugas. Misalnya berupa PR matimatika, merangkum materi IPS, dll. Terutama untuk kelas 6. Katanya itu sekaligus untuk remedial (ujian ulangan), plus persiapan menjelang ujian nasional.

Setengah menghiba aku menatap wajah mereka satu persatu. Mereka terlihat bersemangat. Sementara aku kewalahan menampung seluruh energi itu.
Aku ternyata tidak siap....!

Untung Syfa mengingatkan aku semalam mereka punya ”pe-er” dariku yaitu membuat puisi. Sebenarnya sih itu bukan pe-er, sebenar-benarnya pe-er. Awalnya, karena telah jenuh dengan tugas IPA dan matematika, mereka minta kesempatan untuk refreshing.

Tentu aku dengan senang hati memberikannya, karena aku juga membutuhkannya.

Aku menawarkan buku-buku cerita untuk di baca, untuk kemudian mereka menceritakan kembali isi buku itu. Tapi mereka malah menginginkan sesuatu yang belum terpikir olehku, yaitu membuat puisi. Ya sudah, aku sepakat saja. Tapi, karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 dan mereka harus mengaji, aku meminta mereka membuat puisinya di rumah saja. Besok (hari ini), puisi mereka akan dibacakan.

No comments:

Post a Comment