Mar 10, 2007

Dan, SMS itu...

Dan, SMS itu….

Telepon genggam di meja komputerku berbunyi. Satu SMS masuk. Dari tetangga. Dia ada di rumah, dan menanyakan apakah aku ada di rumah. Rumahku dan rumahnya terpisah oleh satu tembok yang sama. Aku memang ada di rumah dan sedang malas keluar rumah dan mengobrol dengan para ibu yang lain. Selain karena tak memiliki bahan pembicaraan yang penting, akhir-akhir ini hujan yang semakin deras membuatku harus betah di rumah. Bocor di sana-sini mengerjaiku untuk lebih aktif mengepel. Capek. Tapi karena ini rumahku, aku rela, iklas membersihakannya. Selain itu, aku belum punya uang untuk membenahi rumah.

Kembali ke sms. Aku hafal, tetanggaku ini punya kebiasaan unik. Jika ada hal yang penting, dia memilih mengirim SMS. Mungkin, karena dia malas menjadi bahan pembicaraan para tetangga yang haus gosip. Dan tebakanku kali ini benar, dia minjam uang! Dia bilang harus membayar ini itu, tapi uang kiriman suaminya sudah habis. Dia berjanji dua hari lagi akan dikembalikan.

Aku sendiri sebenarnya tidak pernah kelebihan uang, malah keseringan kurang! Tapi mengingat dia tetangga dekat, dan berjanji akan mengganti dalam waktu dua hari saja mungkin aku bisa menolong. Setelah ijin dari suami turun, aku membalas SMS dan mengatakan bahwa uangnya bisa diambil sekarang.

Hhhhh, lega bisa menolong!

Keesokan harinya aku dan suami pergi ke Cimanggis untuk menjumpai saudara yang baru pulang haji. Tiba-tiba terpikir olehku jangan-jangan kran air di kamar mandi belum tertutup. Jika itu terjadi, sehari semalam hingga besok, pompa air akan terus berputar hingga air dari sumur terus tersedot hingga kering. Takutnya pompa air akan rusak atau terbakar. Tekorlah yang terbayang.

Kemudian terpikir olehku untuk meminta tolong tetanggaku itu untuk mengecek apakah pompa air terus berputar dengan cara mendengarkan dengung mesin pompa dari balik tembok. SMS aku kirim dengan harapan mendapat jawaban yang aku harapkan. Tapi, saat SMS balasan aku terima, sungguh mengejutkan. SMS itu malah menanyakan aku ini siapa dan ada perlu apa? Loh, bagaimana mungkin nomor Hp ku tak dikenali? Kemarin, nomor ini yang mengirim pesan meminjam uang, kok sekarang jadi tidak kenal? Aku jadi berpikiran buruk bahwa dia memilihku untuk berkomunikasi jika hanya ada maunya. tapi pikiran itu cepat-cepat aku tepis. Mungkin saja dia memang tidak menuliskan no HPku agar aku tidak diganggu orang lain, atau karena memang HP yang dia pakai bukan milik dia sendiri. Yah, aku tinggal menunggu besok. Benarkah dia akan mengembalikan uang sesuai janjinya?

Ternyata benar. Aku lega lagi, keputusanku untuk mempercayai tetanggaku itu benar.

No comments:

Post a Comment