Pandangan Rosa, si badak sumatera betina yang berkulit warna abu-abu itu, mencoba menerobos pagar pembatas yang ada di depannya. Sayang, hewan jenis badak sepertinya tidak dikaruniai pandangan yang terang. Padahal sedari tadi sudah terganggu dengan suara gaduh. Nampaknya ada penghuni baru di kandang sebelah. Hanya telinga dan daya penciuman yang kuat membuat Rosa yakin ada badak baru masuk dikandang sebelahnya yang sudah lama kosong.
Rosa menajamkan lagi pendengarannya. Tapi, telinganya menangkap pembicaraan yang pernah didengar, tapi itu sudah lama sekali. Waktu itu masih ada Pak Bule yang selalu mengunjunginya setiap pagi.
“Wow..ease..ease..! Come, Andalas..don’t be afraid of me..!”teriak seorang manusia.
Ah, suara manusia itu sangat aku kenal. Itu suara Pak Dokter Hewan yang selalu merawat penghuni suaka ini dengan baik. Termasuk sangat baik pada Rosa yang waktu itu baru datang dari berkelana. Yah..ini kan gara-gara Rosa suka jajan sembarangan. Makanan dari pinggir jalan yang tidak ditutupi dengan baik, dan makan dengan tangan yang kotor, Rosa jadi cacingan deh. Untung, Pak Dokter hewan itu merawatnya dengan telaten, sampai tak lagi cacingan. Terus, diberi vitamin juga agar tetap sehat. Rosa sangat suka padanya.
Tapi, kenapa suara Pak Dokter terdengar gusar ya? Pasti itu ulah si pendatang baru. Hmm..jadi penasaran...!
Rosa makin mendekat pada pembatas kandang. Tapi, belum juga bisa melihat dengan jelas. Sampai suatu hari, dua penjaga Rosa yang biasa memberi makan dan memandikannya setiap hari membicarakan kedatangan badak baru. Namanya Andalas, seekor badak jantan. Katanya dia datang dari negeri yang jauh...sekali! Naik kapalnya aja bisa berminggu-minggu. Dan, Si Andalas ini tak bisa berbahasa Indonesia. Karena lahir dan besar di Amerika, kalau berbicara dengan Andalas harus dengan bahasa Inggris. Oh, jadi Pak Dokter kemarin itu berbicara dengan Andalas, gumam Rosa. Dan, bahasa yang digunakan Pak Dokter itu namanya bahasa inggris ya? Bukan bahasa bule? Wah..aku juga mau belajar ah, biar bisa berteman dengan Andalas. Tapi, siapa ya..yang bisa mengajariku? Pak Dokter? Ah, Pak dokter kan sibuk?
Tiba-tiba, Rosa ingat sesuatu. O..iya, minta tolong Ratu saja. Dia kan punya laptop dan internet, jadi pasti bisa membantu.
Keesokan harinya, setelah mandi dan makan buah-buahan dan sayuran segar, Rosa mengunjungi kandang Ratu. Rosa ingin mengajak Ratu belajar bahasa Inggris.
“Rosa, kamu ingin belajar bahasa inggris karena ingin berteman dengan Andalas juga ya?”tanya Ratu, sesaat setelah Rosa tiba.
“Iya. Kok, kamu tahu? Siapa yang bilang?”jawab Rosa heran.
“Tidak perlu heran, Ros. Teman-teman yang lain juga, kok! Kita kan cuma berempat saja, jadi kalau ada pendatang baru pasti tahu. Dan kita semua senang ada teman baru. Biar suaka di hutan yang luas ini tidak sepi. Iya, kan?”
Rosa mengangguk senang. Ternyata, teman-teman yang lain juga ingin belajar bahasa inggris sepertinya. Jadi tambah semangat, deh!
“Teman-teman yang lain mana?” Rosa celingukan mencari Torgamba, dan Bina.
“Oh, sebentar lagi datang,”jawab Ratu sambil membuka laptop-nya. Setelah tersambung dengan internet, Ratu membuka Google.
Rosa mengamati apa yang dilakukan Ratu.
“Eh, kamu ngapain?”
“Ini adalah Google, semacam mesin pencari yang pintar. Kita juga bisa belajar bahasa inggris di sini,”jelas Ratu.”Tapi, karena kita juga harus belajar cara mengucapkannya, kita tetap butuh guru untuk mengajari.”
“Siapa, dong?”tanya Rosa penasaran. Setahu dia tak ada yang bisa bahasa inggris, tuh?
“Torgamba,”sahut Ratu singkat.
“Dia?”tanya Rosa tak percaya.
“Iya, Torgamba. Dia itu pernah tinggal lama lho, di Los Angeles, yang juga di Amerika sana. Jadi dia pasti bisa berbahasa Inggris juga,”tambah Ratu lugas.
Duh, Rosa jadi malu. Sudah lama berteman dengan Torgamba tapi tak tahu kalau dia ternyata pandai bahasa inggris. Rosa, sih... terlalu sibuk membangga-banggakan diri yang sudah berkelana dari satu hutan, ke hutan lain. Dari satu kampung ke kampung lain, tapi gaptek-gaptek juga! Sementara Torgamba sangat pendiam, tapi ternyata pandai. Oh..malunya!
Tak berapa lama kemudian, Bina dan Torgamba datang. Mereka juga terlihat rapi dan segar. Memang, kalau mau belajar lebih nyaman mandi dan sarapan dulu. Biar bisa konsentrasi, tak terganggu gatal, bau badan, dan perut yang lapar.
“Sudah siap teman-teman?”kata Ratu menyambut kedatangan mereka.
“Pasti, dong...!”sahut mereka serempak, sambil mengacungkan dua cula mereka yang bersih berkilau. Cling!
“Sipp, deh..! O ya, sebaiknya kita mulai dari mana Torgamba?”tanya Ratu sambil memindahkan laptopnya ke hadapan Torgamba.
“Kita mulai dari kata-kata yang biasa atau sering digunakan sehari-hari ya? Setelah itu baru kita belajar membuat kalimat. Dengan bantuan terjemahan dan alat bahasa dari Google ini, pasti pelajaran kita akan lebih mudah,”kata Torgamba pejantan "jebolan" Amerika itu memulai pelajaran bahasa inggrisnya.
Hari demi hari, mereka semakin mengerti bahasa inggris meski belum pandai betul. Setidaknya jika bertemu Andalas, mereka bisa saling sapa. Sementara mereka mendengar Andalas, si badak pendatang baru itu masih juga sering berulah. Sering mengamuk. Apalagi jika yang datang mendekat tidak dikenalnya.
Akhirnya, para penjaga, sepakat mulai mengenalkan Andalas pada kawan-kawan mereka di suaka. Mereka berharap dengan Andalas bertemu kawan-kawannya di suaka ini, bisa sedikit menenangkannya. Setidaknya dia tidak kesepian. Tetapi, mereka harus tetap di pisah dengan pagar. Para penjaga dan Pak Dokter, tak mau badak lain terluka karena amukan Andalas.
Rosa, Ratu, Bina dan Torgamba, deg-degan. Ini kali pertama mereka akan menyapa Andalas dengan bahasa inggris. Mudah-mudahan Andalas mau berteman dengan kami, gumam mereka.
Ketika Andalas telah di hadapan mereka, meski masih terhalang pagar kandang, mereka bisa melihat dengan jelas. Wow...menakjubkan! Andalas memiliki rambut yang lebat sekali di sekujur tubuhnya. Rambut di punggungnya panjang berwarna kecoklatan, nampak mirip penyanyi rock n roll! Berbeda dengan mereka yang lebih pendek dan tidak terlalu lebat, padahal sama-sama berjenis badak sumatera yang memiliki ciri khas berambut di seluruh tubuh.
Kata Pak Dokter, karena Andalas tidak lahir di hutan tropis yang hangat terus seperti mereka berempat, melainkan di negara yang memiliki empat musim, secara alami rambut Andalas lebih lebat. Itu berfungsi sebagai penghangat saat musim dingin. Wah..wah...mereka berempat jadi melongo, tuh!
“Selamat datang, Andalas!” kata Rosa spontan. Rasa penasarannya tak tertahankan lagi.
Andalas menoleh, sambil mendengus. Kelihatannya tidak suka.
“Yah, Rosa..pakai bahasa inggris, dong..?”tegur Bina. Makin deg-degan melihat sikap Andalas yang tak ramah.
“O, iya..lupa!”Rosa nyengir.“Welcome, Andalas. My name is Rosa. And these are my friends: Bina, Ratu, and Torgamba.”
Andalas yang sebelumnya nampak curiga, perlahan berubah sikap. Dia mulai mendekati empat sekawan itu.
Tiba-tiba suasana berubah menjadi tegang. Para penjaga dan Pak Dokter bersiap jika Andalas mengamuk lagi.
“Hmmm..! How do you know my name?”balas Andalas tak ramah.
Nah, sampai di situ, Rosa mundur tidak mau melanjutkan sapaanya. Bukan lantara takut sama Andalas, tapi takut gak ngerti apa yang dibicarakan! Kan, bahasa inggrisnya belum lancar-lancar amat! Mendingan mundur deh, daripada tengsin dan bikin suasana makin kacau. Begitu pikir Rosa. Hihihi...Rosa..Rosa!
Akhirnya, Torgamba yang mengambil alih pembicaraan. Setelah beberapa lama, Torgamba memanggil ketiga temannya untuk mendekat. Tak ada ketegangan di raut wajah Torgamba. Sementara Andalas, malah nampa sedih. Ada apa ya?
“Kawan-kawan, kemarilah....! Andalas senang kok, bertemu kita. Hanya saja dia rindu sama ibunya, dan merasa kesepian. Karena itu dia sering mengamuk karena kesal tak boleh keluar kandang, dan bertemu ibunya. Padahal ibunya di Amerika. Jauh sekali kan? Apa yang bisa kita bantu untuknya?”
“Ratu, internet bisa di pakai untuk ngobrol sampai Amerika, nggak? Kali aja, benda kesayanganmu itu bisa secanggih itu..,”ledek Rosa sambil cengar-cengir. Sementara Bina melotot ke arah Rosa, memintanya diam.
Eh, ternyata Ratu malah tersenyum.
“Ya bisalah..! Kan, bisa pakai webcam. Nanti Andalas dan Ibunya bisa saling melihat melalui kamera yang terhubung dengan internet. Canggih, kan? Laptopku gitu lho? ”cetus Ratu, gantian meledek Rosa.
“Ya sudah, kita coba menghubungi Ibu Andalas dengan laptopmu,”kata Torgamba menengahi.” What do you think, Andalas?”
Mata Andalas jadi berbinar-binar, saking bahagianya.
“You do that for me?” tanya Andalas tak percaya.
Empat sekawan itu mengangguk serempak.
”Thank you so much for your kindness, my new friends....,”mata Andalas jadi berkaca-kaca.”Now I can talk to my mother everytime I miss her.”
Melihat kelima badak sumatera itu nampak rukun, para penjaga dan Pak Dokter jadi terheran-heran, tapi juga senang. Mereka takkan direpotkan lagi untuk menghindari dua cula yang selalu mengancam mereka saat Andalas mengamuk.
Setelah itu, suaka di hutan yang luas itu jadi tempat yang menyenangkan untuk Andalas. Dan, dengan bantuan teman-temannya, Andalas mulai belajar bahasa Indonesia, seperti bahasa ibunya yang lahir di sumatera, Indonesia.
*Untuk mengenang Emi, ibu Andalas, badak sumatera betina yang di bawa ke kebun binatang di Cincinnati, Amerika Serikat, dan mati disana. Andalas punya ayah bernama Ipuh, dan dua adik dengan nama Suci dan Harapan*
Sumber:
Forum Badak Indonesia: http://forumbadak.wordpress.com/
No comments:
Post a Comment