Sebenarnya cerita ini sudah terjadi tahun lalu. Tapi, karena status teman yang terkecoh oleh teriakan seorang ibu yang meneriakkan "ularr..!" padahal cuma ulat, aku jadi ingat cerita ini lagi. Kurang lebih sama.
Begini ceritanya:
Sepulang dari bepergian (ke Malang kalau tidak salah), aku dan suami dapat laporan dari tetangga bahwa tanaman di halaman kami jadi sarang ular.
Wow..! Mendapat laporan itu, tentu seketika membuat kami tak enak hati. Apalagi yang engeluhkan itu punya anak kecil yang suka bermain di sekitar tanaman itu.
Tanaman yang dimaksud adalah kembang sepatu yang daunnya memang sedang rimbun. Meski berat hati, kami harus "mengurus" tanaman itu agar tak jadi sarang ular. Meski, sebenarnya kami belum pernah lihat ada ular di tanaman perdu itu. Kalau di pohon jambu malah pernah. Bahkan sampai masuk ke dalam rumah.
Ya sudah, kami mengalah. Tanaman kami babat habis, biar tak ada korban.
Selepas itu, hening..tak ada kabar apapun. Sampai...suamiku yang tengah merawat tanaman di sapa oleh kerabat tetangga yang dari logatnya kami tahu dia dari jawa.
Suami menyempatkan berbincang dengannya.
"Kemarin banyak deh, pak..ularnya!" kata tetangga.
Banyak? Suamiku langsung disergap rasa tak nyaman. Tetapi, suamiku juga penasaran, apa iya banyak ular di tanaman itu (yang sudah di babat habis)?
"Gede-gede bu, ularnya?" suamiku menimpali.
"Iya..segini nih..!"sahut tetangga sambil menunjukkan jari telunjuknya.
"Panjangnya kira-kira semana?"tanya suamiku lagi antusias. Mengingat kami juga pernah menemukan ular sebesar telunjuk dan panjang 25 cm-an melilit di dahan pohon jambu. Mungkin itu sama jenis dan ukurannya.
"Kira-kira segini lah, pak..!" jelas tetangga sambil menunjukkan lagi telunjuknya.
Dahi suamiku langsung berkerut. Ular kok ukurannya segitu? Bantet amat?
"Ah,masa ular segitu ukurannya?"tanya suamiku tak percaya.
"Iya, pak...wong dia gede banget, item, terus jalannya begini.." sahutnya lagi sambil memperagakan telunjuknya.
Dari gerakannya itu suami melihat ada yang tak cocok.
"Kepalanya gimana, bu?"
"Kepalanya ada sungutnya. Hii..geli, deh ngeliatnya..!"
Kepalanya ada sungutnya? Waduh...jangan-jangan....?
"Ulat kali bu, itu..bukan ular..!"sahut suamiku setelah membuat kesimpulan. Dulu, ketika masih banyak tanaman pacar air banyak sekali ulat hitam yang besar dan ayam pun tak mau memakannya.
"Ular..! itu ular..!" tegas tetangga."kalau ula sih, saya tahu..! kalau ini bisa bikin gatel-gatel gitu lho, pak..!"
Oh...! Jadi tahu deh sekarang. Sambil tersenyum kecut, suamiku pamit masuk ke rumah. Sampai di depanku, suami menumpahkan uneg2nya padaku.
"Vi, yang diributkan sama tetangga soal ular kemarin itu ternyata ulat! Bukan ular..!"
"Kok, bisa gitu?" tanyaku heran. Lalu suamiku menjelaskan soal perbincangan tadi.
Jadi, mungkin yang terjadi adalah kesalahan penggunaan dan penerjemahan dari bahasa jawa ke bahasa Indonesia.
Orang Jawa menyebut "ulat" adalah "uler", mungkin oleh si tetangga tadi "uler" di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "ular". Dan, bahasa Jawa-nya "ular" adalah "ulo" yang diterjemahkan-nya menjadi "ula". Sama saja dengan bahasa Jawa "gulo" menjadi "gula".
Huft, hantam kromo ini bikin PUSING!
No comments:
Post a Comment